I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Budidaya
merupakan suatu kegiatan dimana salah satu tujuannya yaitu untuk melestarikan
suatu organisme atau makhluk hidup yang bernilai ekonomis dimana dilakukan
dalam lingkup yang terkontrol. Dalam kegiatan budidaya tersebut, tentunya para
pembudidaya harus benar – benar mengelolah suatu usaha budidayanya dengan baik
untuk kelangsungan hidup organisme yang dibudidayakan, dalam hal ini terhadap
para pembudidaya ikan.
Air
merupakan salah satu media yang secara langsung dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup organisme akuatik yaitu ikan, misalnya terhadap kondisi fisika dan
kimianya. Dalam hal ini, peran pembudidaya sangat dibutuhkan dalam manajemen atau cara pengelolaan yang
baik dan terstruktural mulai dari pra produksi hingga pemasaranya.
Pada
daerah sulawesi tengah, khususnya terhadap masyarakatnya, tak sedikit dari
mereka yang menggantungkan kehidupanya sebagai masyarakat pembudidaya ikan demi
memenuhi kebutuhan ekonominya. Salah satunya di wilayah kabupaten poso sulawesi
tengah. Wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi
untuk terciptanya usaha budidaya perikanan. Oleh karena itu, dengan melihat
potensi perikanan budidaya khususnya di sulawesi tengah yaitu di kabupaten
poso, maka perlu dilakukanya praktek lapang agar kita sebagai praktikan dapat
mengetahui secara langsung tentang manejemen dari budidaya ikan tersebut.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Tujuan
praktek lapang yaitu untuk mengetahui dan mempelajari pengelolaan kualitas air pada
kegiatan budidaya di Kabupaten Poso. Kegunaanya yaitu
sebagai tambahan ilmu pengetahuan secara langsung kepada praktikan tentang
manejemen budidaya perikanan.
II. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK
LAPANG
2.1
Waktu dean Tempat
Kegiatan
Praktek Lapang mengenai Manejemen Kualitas Air dilaksanakan mulai hari sabtu
tanggal 13 sampai hari minggu tanggal 14 April 2012, dimulai pada pukul 16.00
WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi
Tengah.
2.2 Metode Pelaksanaan Praktek
Metode
pelaksanaan praktek lapang yaitu sebagai berikut :
1.
Melakukan wawancara langsung kepada
narasumber dengan beberapa quisioner.
2.
Melakukan observaasi atau pengamatan secara langsung
pada lokasi budidaya.
3.
Mengambil referensi dari berbagai buku
perpustakaan.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Keadaan
Umum Lokasi Praktek
Keadaan umum
lokasi praktek yang berada di Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah, sangat
strategis untuk dilakukanya usaha budidaya ikan khususnya ikan air tawar.
Dimana wilayah tersebut memiliki perairan sungai yang cukup banyak dan luas.
Dalam keluasan perairan sungai tersebut, tak sedikit masyarakat yang
memanfaatkan potensi tersebut sebagai wadah atau tempat usaha budidaya.
Didukung lagi sangat banyak organisme yaitu ikan yang hidup di dalamnya, serta sumber
bibit ikan tidak begitu jauh dari wilayah tersebut sehingga dapat memudahkan
para pembudidaya.
Adapun gambaran keadaan
lokasi praktek yaitu sebagai berikut :
Gambar 1.
Keadaan Letak Geografis Kabupaten Poso.
Kabupaten
Poso wilayahnya membentang dari arah Tenggara ke Barat Daya dan melebar dari
arah Barat ke Timur dan sebagian besar berada di daratan pulau Sulawesi. Bagian
wilayah lainnya terdiri dari laut dan pulau-pulau, yang diperkirakan jumlah
seluruh pulau sekitar 81 pulau yang sudah bernama dan yang berpenghuni sekitar
40 pulau. Letak wilayah Kabupaten Poso dapat dilihat dari berbagai aspek,
antara lain letak astronomis, geografis dan geologis (Militer, 2004).
Letak
astronomis Kabupaten Poso berdasarkan garis lintang dan garis bujur wilayahnya
terletak pada koordinat 0006’56”-3037’41” Lintang Selatan dan
120005’25”-123006’17” Bujur Timur. Berdasarkan letak astronomisnya, panjang
wilayah Kabupaten Poso dari ujung barat sampai ujung Timur 1230 diperkirakan
jaraknya kurang lebih 696 km. Lebarnya dari Utara ke Selatan 30 dengan jarak
lebih kurang 396 km. Letak geografis Kabupaten Poso dilihat dari posisinya
terletak pada pesisir pantai, sebagian terletak di perairan Teluk Tomini dan
bagian lainnya terletak di perairan Teluk Tomini dan Teluk Tolo. Kawasan lain
pada umumnya terletak di kawasan hutan dan lembah pegunungan. Sedangkan letak
geologisnya, terletak pada deretan pegunungan lipatan, yakni pegunungan (Militer,
2004).
Fennema
dan Tineba di bagian Barat, pegunungan Takolekaju di bagian Barat Daya,
pegunungan Verbeek di bagian Tenggara, pegunungan Pompangeo dan pegunungan di
bagian Timur Laut. Wilayah Kabupaten Poso dibatasi oleh batas alam yakni
kawasan pantai dan pegunungan perbukitan dengan batas administrasif: sebelah
utara berbatasan dengan Teluk Tomini dan Propinsi Sulawesi Utara, sebelah
selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Morowali,
sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Banggai dan perairan Teluk Tolo,
dan sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Donggala (Militer, 2004).
3.2
Pengenalan
Organisme Yang Di Budidayakan
3.2.1
Ikan Sidat (Angguila
bicolor)
Gambar 2. Ikan Sidat (Anguguila bicolor)
Menurut Juniawati
(2004), klasifikasi ikan sidat (Anguguila
bicolor) yaitu sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Anguilliformes
Genus : Anguilloidei
Spesies : Anguillidae
Ikan sidat (Angguila
bicolor) memiliki bentuk
gambaran secara morfologis yang relatif menyerupai belut. Dalam penggolongannya
termasuk dalam famili anguilidae dan spesies anguilla sp. Sidat dewasa memiliki
karakteristik utama memiliki bentuk tubuh menyerupai belut, tetapi apabila diperhatikan
dengan seksama terdapat beberapa perbedaan bentuk morfologinya yang cukup nyata
antara belut dan sidat. Perbedaa yang jelas terlihat yaitu pada sidat memiliki
sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur yang sudah sempurna . sedangkan
pada belut tidak memiliki sirip sama sekali. Sirip pada sidat dilengkapi dengan
jari-jari lunak yang dapat terlihat dengan mata telanjang. Jika mengamatinya,
ke tiga sirip yang dimiliki oleh sidat saling berhubungan menjadi satu, mulai
dari punggung hingga ke ekor dan berakhir di bagian ventral ( depan ) tubuhnya.
Dari semua spesies yang ada sebanyak tujuh spesies, salah satu karakteristik
yaitu warna tubuh. Tujuh spesies yang sudah diketahui memiliki warna tubuh yang
coraknya berbeda, sedangkan spesies lainnya polos (Juniawati,
2004)
Berdasarkan hasil pengamatan langsung yang berada di
desa bonesompe bahwa ikan sidat tersebut dibudidayakan pada karamba jaring
tancap, dimana berdasarkan hasil wawancara bahwa asal ikan sidat tersebut
diambil disekitaran wilayah kabupaten poso dalam keadaan bukan dalam bentuk
bibit, melainkan sudah dalam keadaan besar. Berdasarkan hasil wawancara bahwa
ikan sidat yang dibudidayakan memiliki panjang ± 50 – 70 cm. Kemudian untuk
pakan yang diberikan berupa isi perut ayam dan cacing tanah. Kemudian untuk
penyakit yang sering menyerang ikan sidat tersebut yaitu jamur.
3.2.2 Ikan Mas (Cyprinus
carpio)
Gambar 3. Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Menurut Rochdianto (2005), klasifikasi ikan Mas (Cyprinus
carpio) yaitu sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Ikan mas (Cyprinus carpio) menyukai tempat hidup (habitat) di
perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu
deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di
daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C.
Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan
payau atau muara sungai yang bersalinitas
(kadar garam) 25-30%o (Rochdianto,
2005).
Berdasarkan hasil pengamatan langsung yang berada di
desa gebang rejo kabupaten poso, bahwa ikan mas (Cyprinus carpio) tersebut dibudidayakan pada karamba jaring tancap,
dimana berdasarkan hasil wawancara bahwa asal ikan tersebut dari bibit alami
dengan ukuran 3 cm. Pakan yang diberikan yaitu berupa pelet dan kangkung.
Kemudian untuk penyakit yang sering menyerang ikan mujair tersebut yaitu jamur.
3.2.3 Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
Gambar 4. Ikan
Nila (Oreochromis niloticus)
Menurut
Susanto (2009), klasifikasi ikan nila (Oreochromis
niloticus) adalah sebagai berikut:
Family : Cichilidae
Filuum : Chordata
Klass
: Pisches
Ordo : Percomorphi
Genus
: Oreochromis
Spesies :
Oreochromis niloticus
Ikan nila (Oreochromis
niloticus)
peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor)
mencapai sekitar 30 cm dan kadang ada yang lebih dan ada yang
kurang dari itu. Sirip punggung ( pinnae dorsalis) dengan 16-17 duri
(tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (pinnae analis)
dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita
gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis
tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan
ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika
musim berbiak.ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah
untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang (Khairuman,
2008).
Berdasarkan hasil praktek lapang, ada dua metode dalam
pembudidayaan ikan nila (Oreochromis
niloticus) tersebut, yaitu dengan menggunakan karamba jaring tancap dan
kolam. Pada umunya berdasarkan hasil wawancara pada pemberian pakanya umumnya
sama yaitu dengan menggunakan pelet, dan untuk penyakit yang menyerang yaitu
jamur.
3.2.4 Ikan Lele (Clariass
sp)
Gambar 5. Ikan Lele (Clariass sp)
Menurut Mustafa (1992), klasifikasi ikan Lele (Clariass
sp) yaitu sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp
Ikan lele (Clariass sp) adalah ikan budidaya air tawar yang
sangat populer. Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun
terakhir, antara lain karena luasnya pasar bagi lele. Lele disukai konsumen
karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi
budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa
tunggu panen yang singkat (Mustafa, 1992).
Berdasarkan hasil pengamatan langsung yang berada di
desa pandiri, kecamatan labe, kabupaten poso, bahwa ikan lele tersebut
dibudidayakan pada tambak atau kolam. dimana berdasarkan hasil wawancara bahwa
untuk pakan yang diberikan yaitu berupa pelet. Kemudian untuk penyakit yang
sering menyerang ikan lele tersebut yaitu jamur.
3.3 Metode
Budidaya
3.3.1 Karamba
Jaring Tancap
3.3.1.1 Lokasi Pertama
Berdasarkan hasil praktek lapang yang dilakukan pada
lokasi pertama yang berada di desa bonesompe kabupaten poso, pada budidaya ikan
sidat (Angguila bicolor) dan ikan
nila (Oreochromis niloticus) yaitu
dengan menggunakan karamba jaring tancap
dengan kata lain menggunakan sistem karamba permanen yang mengharapkan sumber
perairan dari sungai. Pada karamba tersebut peroritas yang dibudidayakan yaitu
ikan sidat. Berdasarkan hasil wawancara bahwa pada lokasi budidaya tersebut
memiliki 2 tempat pembesaran, dimana untuk pembesaran pertama dengan ukuran 1,5
x 2 meter, dan untuk tahap pembesaran kedua yaitu dengan ukuran 2 x 3 meter
dalam hal ini untuk ikan sidat.
Kemudian mengenai alat karamba tersebut menggunakan
rangka besi yang berbentuk kotak, jaring katrol hijau berlapis dua dengan ukuran
mata jaring 0,5 cm dan bambu yang
merupakan dinding dari karamba tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, pada
peletakan karamba tersebut air yang masuk pada jaring tersebut dengan
ketinggian 75 cm. Kemudian mengenai pengelolaanya pada pemberian pakan dilakukan
secara teratur mulai dari pagi, siang dan sore hari dengan menggunakan isi
perut ayam untuk ikan sidat dan pelet untuk ikan nila. Begitu pun seterusnya
sampai ± 3 minggu baru dilakukanya panen atau pemasaran. Pada proses
pemasaranya berdasarkan hasil wawancara, ikan tersebut sampai di ekspor ke luar
daerah seperti palu, parigi dan morowali, dan ada juga para konsumen yang dari
luar seperti dari daerah tentena datang langsung ke tempat lokasi budidaya
tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara, bahwa usaha budidaya
karamba jaring tancap tersebut, terkadang mengalami pencemaran seperti sampah,
baik itu berupa sampah organik maupun anorganik yang bersumber dari aktifitas
manusia. Akibatnya ikan yang dibudidayakan mengalami serangan penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Berdasarkan hasil wawancara adapun cara penanggulangan
penyakit tersebut yaitu dengan melakukan pembersihan sampah pada lingkungan
karamba tersebut seperti pada jaringnya.
Selanjutnya, dalam menjaga kualitas air lokasi
budidaya tersebut, berdasarkan hasil wawancara bahwa pakan yang diberikan tidak
boleh berlebih, karena nantinya sisa – sisa pakan tersebut akan mengendap
dibawah dan akan menjadi racun sehingga akan mempengaruhi kualitas perairan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Azwar (2004), bahwa sebaiknya pakan yang
diberikan tidak boleh berlebih, karena semakin banyak sisa pakan yang terbuang
ke perairan, maka akan menyebabkan meningkatnya kandungan bahan organik di
perairan yang akan mempengaruhi kualitas air.
3.3.1.2 Lokasi Kedua
Berdasarkan hasil praktek lapang yang dilakukan pada
lokasi kedua yang berada di desa gebang rejo kabupaten poso, pada budidaya ikan
nila (Oreochromis niloticus) dan ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu dengan
menggunakan karamba jaring tancap dengan kata lain menggunakan sistem
karamba permanen yang mengharapkan sumber perairan dari sungai. Lokasi karamba
tersebut memiliki ukuran yaitu 2 x 4 meter dalam 1 petak dan terdapat 2 petak
pada karamba tersebut. Mengenai alat yang digunakan pada karamba tersebut yaitu
jarring sebagai penampung ikan, kayu serta bambu yang digunakan untuk dinding
karamba tersebut. Berdasarkan hasil wawancara bahwa kedalaman karamba tersebut
yaitu 1 meter.
Berdasarkan hasil wawancara, sumber ikan tersebut
berasal dari bibit yang berukuran 3 cm dengan harga Rp.400 yang diambil
disekitaran wilayah kabupaten poso kemudian dibesarkan di karamba tersebut. Pada
pemberian pakanya yaitu dengan menggunakan pelet dan kangkung, dimana pemberian
pakanya dilakukan secara teratur yakni mulai dari pagi jam 6, siang jam 11 dan
sore hari pada jam 5. Berdasarkan pernytataan narasumber, untuk menjaga
kualitas lingkungan karamba tersebut terutama pada sampah – sampah yang masuk
ke dalam karamba harus dilakukan pembersihan dengan menepuk atau menggoyang –
goyang jaring karamba, sehingga sampah – sampah yang menempel pada jaring
tersebut jatuh ke dasar perairan kemudian sampah tersebut diangkat untuk
menjaga kualitas perairan. Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan, bahwa
sumber air yang digunakan masih dalam kondisi kualitas air yang kurang baik.
Berdasarkan pernyataan Azwar (2004), bahwa di dalam mengelolah suatu budidaya
khusnya ikan, pengelolaan yang baik itu salah satunya harus mempertimbangkan
lingkungan lokasi budidaya terutama terhadap sumber air yang akan digunakan
agar tidak menjadi parameter negative bagi kualitas air yang digunakan. Kemudian
untuk jangka pembesarannya dibutuhkan waktu sekitar 5 – 6 bulan dalam hal ini
termasuk dilakukannya panen. Setelah panen, dilakukan proses pemasaran
diwilayah kabupaten poso.
3.3.1.3 Lokasi
Ketiga
Berdasarkan hasil praktek
lapang yang dilakukan pada lokasi ketiga yang berada di danau poso, pada
budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus)
yaitu dengan menggunakan karamba jaring
tancap dengan kata lain menggunakan sistem karamba permanen yang mengharapkan
sumber perairan dari sungai. Kemudian mengenai alat karamba tersebut
menggunakan jaring, kayu serta bambu yang merupakan dinding dari karamba
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, pada peletakan karamba tersebut dengan
ketinggian 2 meter dari dasar perairan. Untuk dindingnya dibuat rapat untuk
mecegah ikan tidak keluar dari lokasi karamba dan juga untuk memperkokoh
karamba tersebut.
Kualitas air sangat berpengaruh terhadap organisme
yang dibudidayakan, salah satu contoh dalam mengelolah kualitas air dalam
kondisi agar tidak terjadi pencemaran adalah dengan memberikan pakan yang tidak
berlebih. sebaiknya pakan yang diberikan tidak boleh berlebih, karena semakin
banyak sisa pakan yang terbuang ke perairan, maka akan menyebabkan meningkatnya
kandungan bahan organik di perairan yang akan mempengaruhi kualitas air Azwar
(2004).
3.3.2 Kolam
Berdasarkan hasil praktek lapang yang dilakukan pada
lokasi balai benih ikan sentral (BBIS) yang berada di desa pandiri kabupaten
poso, terdapat berbagai macam budidaya ikan diantaranya budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan lele (Clariass sp), ikan mas (Cyprinus
carpio) ikan patin dan ikan bawal. Akan tetapi pada lokasi budidaya
tersebut, perioritas utama yaitu ditujukan untuk budidaya pembenihan ikan nila
(Oreochromis niloticus).
Berdasarkan hasil pengamatan praktek, bahwa dalam
budidaya ikan yang berada dilokasi tersebut dibudidayakan di kolam. Dimana
sistem kolam tersebut merupakan sistem paralel artinya menggunakan saluran air
yang terus – menerus masuk kedalam kolam tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Susanto (2005), bahwa sistem kolam dimana sumber media utama untuk tempat hidup
ikan yaitu air dibiarkan masuk secara terus – menerus ke dalam kolam disebut
sistem paralel.
Berdasarkan hasil pengamatan praktek lapang, bahwa
sumber air yang digunakan bersumber dari air bendungan yang terdapat di
pegunungan. Air tersebut juga terkadang mencemari lokasi kolam yang dipengaruhi
oleh aktifitas manusia seperti dari lahan pertanian terhadap penggunaan
pestisida yang mengalir menuju sungai kemudian terbawa masuk ke dalam kolam tersebut.
Faktor lain berdasarkan hasil wawancara dipengaruhi juga oleh pengaruh cuaca
seperti curah hujan yang akan mempengaruhi kondisi air menjadi keruh dan itu
akan berpengaruh terhadap kualitas air yang digunakan untuk organisme budidaya
tersebut serta pemberian pakan yang berlebih.
Kemudian mengenai pengelolaanya berdasarkan hasil
wawancara, bahwa sebelum dilakukanya perlakuan, kolam terlebih dahulu dilakukan
pengeringan ± selama 2 minggu yang
bertujuan untuk menghilangkan bahan organik yang bersifat toksin kemudian masuk
pada pemupukan dengan menggunakan pupuk urea yang bertujuan untuk menumbuhkan
pakan alami seperti plankton. Pada
kolam tersebut berdasarkan hasil wawancara, bahwa tidak dilakukan proses
pengapuran karena air yang berada dikolam tersebut bersifat basah.
Kemudian setelah ikan
dikawinkan berdasarkan hasil wawancara bahwa benih ikan ditebar. Sebelumnya
dalam satu kali memijah akan menghasilkan 30 ribu benih ikan nila. Akan tetapi
ada juga benih ikan yang mati sehingga mengurangi jumlah benih yang
ditargetkan. Hal tersebut dikarenakan karena kualitas air yang kurang baik
sehingga benih kurang mampu beradaptasi pada kondisi tersebut. Untuk mengatasi
hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara bahwa salah satu upaya untuk
pengelolaan kualitas air pada kolam tersebut agar tidak tercemar yaitu dengan
menggunakan sistem penyaringan air pada inlet atau pintu masuk sumber air. Hal
tersebut dilakukan untuk mencegah bahan – bahan organik yang bersifat racun
yang masuk ke dalam kolam yang berasal dari air yang digunakan yang akan
mempengaruhi kualitas air di kolam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi dan
Tancung (2007) bahwa salah satu pengelolaan kualitas air untuk kolam budidaya
yaitu dengan melakukan pemasangan penyaringan yang bertujuan
untuk menyaring air yang banyak mengandung kotoran limbah, baik dalam bentuk
partikel organik maupun anorganik. Kemudian salah satu pengelolaanya yang lain berdasarkan pernyataan
narasumber yaitu dengan pemberian pakan yang tidak berlebih, karena jika
berlebih maka sisa – sisa pakan tersebut akan mempengaruhi kualitas air. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Djarirah (1995), bahwa bahaya
yang serius jika terjadi kelebihan jumlah makanan yang diberikan. Karena jika
pakan yang diberikan tidak termanfaatkan, maka akan meningkatkan pencemaran
kolam. Dimana sisa – sisa makanan
yang
tidak termakan dan
mengalami proses dekomposisi (pembusukan/penguraian) dapat menimbulkan racun
bagi ikan.
Selanjutnya, untuk pakannya sendiri diberi pelet yang
memiliki tingkat protein 36 %. Kemudian untuk proses pemasarannya dilakukan
baik dipasarkan di wilayah kabupaten poso maupun sampai diekspor ke luar daerah
seperti daerah tentena, palu, ampana dan lain – lain.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek lapang, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Untuk
budidaya ikan air tawar, kebanyakan masyarakat menggunakan metode karamba
jaring tancap dan umumnya pembudidaya lebih banyak membudidayakan ikan nila (Oreochromis niloticus).
2.
Untuk
karamba jaring tancap, pada umumnya metode atau cara kerjanya sama, kemudian
alat yang digunakan umumnya juga sama.
3.
Untuk
metote budidaya dikolam menggunakan sistem paralel dan prosesnya mulai dari
pengeringan kolam, pemupukan, penebaran benih, pemberian pakan hingga proses
pemasaran.
4.2 Saran
Saran praktikan dalam pembudidayaan tersebut khususnya
pada metode budidaya karamba, perlu diperhatikan kualitas perairannya demi
kelangsungan hidup organisme budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Z.A. dkk. 2004. Pengembangan Budidaya di Perairan Waduk. Pusat Riset Perikanan.
Jakarta.
Djarirah,
S. A., 1995. Pembenihan dan
PembesaranIkan Nila Merah Secara
intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Juniawati, 2004. Budidaya ikan air tawar. CV P & G Kilat Jaya. Bandung.
Soeseno, S. 1984. Perkenalan Ikan
Mujair. PT Gramedia, Jakarta
Rochdianto, A. 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan
Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.
Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan.
Kordi.
K. H. G. M. Dan B. A. Tancung. 2007. Pengelolan
Kualitas Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Militer, B., 2004. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan (KONTRAS). Sulawesi Tengah.
Mustafa. 1992. Ekologi
Sulawesi. Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta.
Susanto, H.,
2005. Budidaya ikan dikolam. Penebar swadaya, Jakarta.
Susanto, H., 2009. Budidaya ikan dipengarangan. Penebar
Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1.
Karamba Jaring Tancap di Desa Bonesompe Kabupaten Poso.
Gambar 2. Ikan Sidat yang dibudidayakan di Karamba Jaring
Tancap di Desa Bonesompe Kabupaten Poso.
Gambar 3. Ikan Nila yang dibudidayakan di Karamba Jaring
Tancap di Desa Bonesompe Kabupaten Poso.
Gambar 4. Karamba Jaring Tancap di Desa Gebang Rejo
Kabupaten Poso.
Gambar 5. Karamba Jaring Tancap di Danau Poso.
Gambar 6. Ikan Nila yang dibudidayakan di Karamba Jaring
Tancap di Danau Poso.
Gambar
7. Kolam Balai Benih Ikan Sentral di Desa Pandiri Kabupaten Poso.
Gambar
8. Benih Ikan Mas di Balai Benih Ikan Sentral di Desa Pandiri Kabupaten Poso.
The Best Slots | Casino Roll
BalasHapusThe งานออนไลน์ best slots ford fusion titanium at septcasino Casino Roll. If you love table games, to play blackjack, casino-roll.com you have to bet septcasino twice for the dealer to win. The dealer must